Jumat, 25 Mei 2012

Mengenal Emosi Anak


Sebagai orang tua, tentu harus mampu mengenali bahkan memahami emosi dari putera-puterinya. Berikut ini sedikit pengetahuan mengenai beberapa ciri-ciri emosi pada anak. Ketika orang tua memahami emosi putera-puterinya, diharapkan dapat membantu anak untuk mengelola emosinya. Perlu diingat bahwa kemampuan pengelolaan emosi dapat berpengaruh saat berinteraksi dengan orang lain, termasuk pada anak-anak ketika berinteraksi dengan teman sepermainan.
Rita (2008: 112) menyatakan mengenai beberapa ciri-ciri emosi masa kanak-kanak, diantaranya adalah:
a.       Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat.
Terkadang hanya berlangsung beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang nampak sehingga menghasilkan emosi yang relatif pendek.
b.      Emosi anak kuat atau hebat.
Hal ini akan terlihat saat anak marah, takut, atau sedang bersendau gurau. Mereka akan tampak marah sekali, sangat takut, dan tertawa terbahak-bahak meskipun kemudian cepat hilang.
c.       Emosi anak mudah berubah.
Emosi anak sering terjadi perubahan, saling berganti-ganti baik dari emosi senang menjadi susah maupun sebaliknya. Sebagai contoh sering dijumpai anak yang baru saja menangis berubah menjadi tertawa dan ada pula yang baru saja marah kemudian berubah tersenyum.
d.      Emosi anak nampak berulang-ulang.
Hal ini terjadi karena anak dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Seorang anak harus mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar, dan hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
e.       Respon emosi anak-anak berbeda.
Anak dengan berbagai tingkat usia menunjukkan bervariasinya respon emosi. Saat bayi lahir, pola responnya sama. Namun, pengalaman belajar dari lingkungannya membentuk tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual. Misalnya: saat anak dibawa ke dokter gigi, ada yang tersenyum, ada yang menangis, ada pula yang tidak menunjukkan reaksi apapun.
f.       Emosi anak dapat diketahui dari gejala tingkah lakunya.
Meskipun terkadang anak-anak tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak dan langsung, namun emosi itu dapat dilihat dari tingkah laku anak tersebut. Sebagai contoh: saat cemas anak akan menghisap jari, saat marah anak akan menangis, dan sebagainya.
g.      Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
Suatu ketika, emosi itu begitu kuat kemudian berkurang. Bisa juga yang awalnya emosi itu mula-mula lemah kemudian berubah menjadi kuat. Misalnya: seorang anak memperlihatkan rasa malu-malu di tempat asing. Namun setelah anak tersebut tidak merasa asing lagi rasa malunya akan berkurang bahkan hilang.
h.      Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.
Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang diinginkan. Anak-anak tidak mempertimbangkan apa keinginan tersebut akan merugikan untuk dirinya atau orang lain, juga tidak mempertimbangkan bahwa untuk memenuhi keinginan tersebut membutuhkan biaya yang banyak atau sedikit. Saat keinginan tersebut tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan marah. Sebaliknya, saat anak merasa senang, tanpa melihat waktu dan tempat anak tersebut akan tersenyum dan tertawa.

kajian pustaka :
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.